MERAPI NAPAK TILAS GATOT KACA DI KAWAH DIENG

MERAPI MELAKUKAN NAPAK TILAS GATOT KACA

(Di kawah Chondro Dimuko, Dieng, Bajar Negara, Jawa Tengah)

Oleh: Ahmad Mubarok

UIN-SUKA. Kawah Chondro Dimuko merupakan suatu tempat yang menjadi legenda dalam dunia pewayangan. Kawah Chondro Dimuko merupakan tempat di mana Gatot Kaca di gembleng sedemikian rupa sehingga menghasilkan seorang Gatot Kaca yang sakti mandra guna. Kekebalan otot kawat balung besinya merupakan produk yang hasilkan oleh penggemblengan secara intensif di dalam kawah Condro Dimuko.

Namun belum begitu jelas, sesungguhnya di mana keberadaan kawah Condro Dimuko ini, ada yang mengatakan kawah ini terletak di daerah Jawa Timur di dalam pegunungan Arjuna, namun ada juga yang mengatakan bahwa kawah ini terletak di daerah pegunungan Dieng Banjar Negara, Jawa Tengah. Belum ada sumber informasi yang memberikan informasi otentik tentang kebenaran letak kawah Chondro Dimuko ini. atau bahkan, sesungguhnya kawah ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak menandung unsure kebenaran, semuanya belum begitu jelas, dan masih menimbulkan berbagi teka-teki.

Terlepas dari itu, kami beberapa anggota Korp Merapi telah melakukan suatu perjalanan dari Yogyakarta menuju pegunungan Dieng. Tujuang utama kami adalah mengunjungi kawah Dieng yang juga terkenal dengan sebutan Kawah Chondro Dimuko. Kami berangkat meninggalkan kota Yogyakarta pada hari selasa tanggal 25 Januari 2012 pada sekitar pukul 14.30 WIB, Dan sampai di lokasi sekitar pukul 20.00 WIB.

Sebelum kami berangkat ke lokas kawah Chondro Dimuko, kami menyempatkan diri mengunjungi daerah komplek Candhi Arjuna yang terletak tidak begitu jauh dengan lokasi kawah Chondro Dimuko, tujuan utama kami. Namun di dalam komplek Candhi Arjuna, kami tidak menemukan keberadaan Candhi Arjuna, tetapi hanya ada Candhi Puntadewa, Bima, dan Srikandi. Sedangkan Candhi Arjuna seperti hilang di telan bumi atau mungkin terlalu keramat membangun bangunan Candhi dengan nama Arjuna.

Kami mengunjungi perkomplekan Candhi Arjuna di pagi hari sampai sekitar pukul 10.00 WIB. Cuaca disana sangat dingin dan berkabut, sehingga setelah mengunjungi perkomplekan Candhi Arjuna kami tidak dapat langsung berangkat menuju kawah Condro Dimuko. Kami menunggu situasi alam berubah sampai sekitar pukul 13.00 WIB di penginapan yang telah kami sewa.

Sekitar pukul 13.00 kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kawah condro Dimuko yang terkenal itu. Sesungguhnya, cuaca pada waktu itu belum banyak berubah dari caca pada pagi hari, namun kami tidak ingin kehilangan moment penting dalam perjalanan itu. Kami telah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan dari Yogyakarta sampai pegunungan Dieng, dan kami tidak ingin perjalanan itu hanya berakhir di dalam rumah penginapan saja.

Sebelum menuju kawasan kawah Condro Dimuko, kami sempat berhenti di parkiran tempat wisata “telaga warna”. Untuk masuk menuju lokasi telaga warna itu, ada petugas tiketwisata yang siap jaga disana. Penarikan tiket masuk di daerah pegunungan Dieng hanya ada di lokasi wisata telaga warna saja, sedangkan tempat wisata yang lain tidak ada pungutan biaya masuk. untuk memasuki kawasan wisata telaga warna, kami cukup membayar uang masuk sebesar RP.3000,00 per orang. Sesungguhnya harga ini sangat murah untuk harga tiket masuk daerah wisata seperti ini, namun karena beberapa pertimbangan seperti terbatasnya waktu yang kami miliki, dan cuaca Dieng yang kurang bersahabat maka kami putuskan untuk langsung pergi ke tujuan utama kami, yaitu kawasan kawah Chondro Dimuko, Dieng.

Perjalanan dari telaga warna sampai kawah Chondro Dimuko hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Di kawasan kawah, kami langung memarkir sepeda motor kami dan menikmati suasana di tempat pemantauan yang ada. Dari tempat parkiran menuju kawah hanya berjarak sekitar 50 meter ke arah barat daya. Dan dari parkiran menuju kawasan kawah tiddak bisa di lalui oleh kendaraan, sehingga untuk mencapai kawah kami harus berjalan kaki sejenak.

Suasana pengunjung pada waktu itu tergolong sepi, sebab hari itu memang bukan waktu liburan sekolah. Hanya ada beberapa orang yang sedang menikmati suasana kawah Chondro Dimuko. Suasana kawasan kawah yang tidak terlalu ramai menjadikan kami agak merasa bebas mengekspresikan diri. Kami malah merasa senang, karena kami tidak merasa terganggu dengan keramaian manusia layaknya di dkawasan wisata.

Dari tempat pemantauan, kami sudah dapat merasakan bau blerang yang menyengat hidung kami. Padal jarak kami denga lokasi kawah sekitar 50 meter, namun bau blerang sudah sangat terasa. Sehingga kami harus menggunakan alat bantuan untuk menutup hidung kami sebagai alat bantuan pernafasan. Di sana tidak ada tempat penyewaan alat bantuan pernafasan oksigen, sehingga kami cukup menutup hidung kami dengan barang bawaan seadanya, seperti sarung, masker, sleyer, dll.

Jalan yang di sediakan bagi pengunjung untuk menuju kawasan kawah cukup sulit, sebab sebagian besar merupakan bebatuan putih yang sesekali terdapat sedikit air yang mengeluarkan gelembung udara. Di sekitar kawah utama, terdapat beberapa bekas kawah kecil yang masih mengeluarkan hawa panas dari perut bumi. Dan hawa panas itu membawa bau blerang yang sangat busuk sehingga terkadang perut kami berubah menjadi mules.

Kawah Chondro Dimuko yang kami temui sangat luar biasa, dengan bentuk kawah benrbentuk melingkar tetapi tidak teratur. Di sekeliling kawah terdapat pagar pembatas yang tidak boleh di lalui oleh pengunjung, namun jarak pembatas dengan kawah sangat dekat sehingga pemandangan kawah dapat terlihat dengan jelas. Kawah ini berisi air yang berwarna putih susu yang bergolak-golak seperti air yang sedang mendidih. Air yang bergolak di dalam kawah tidak begitu dalam dan bahkan hanya berjarak beberapa centimetre saja dari permukaan tanah yng kami injak. Dalam hati kami ada rassa kengerian melihat gejolak kawah pegunungan Dieng yang hanya berjarak beberapa centimetre saja dari pijakan kaki kami.

Mengingat cerita tentang penggemblengan Gatot Kaca di dalam kawasan Kawah Chondro Dimuko dalam cerita peayangan sedikit masuk akal. Gatot Kaca dapat bertahan di kawasan kawah yang memiliki bau blerang busuk seperti ini merupakan suatu kelebihan. Kami yang hanya berdiam sekitar 10 menit saja sudah tidak tahan dengan sengatan bau busuk yang mengganggu pernafasan. Apalagi jika asap yang di hasilkan kawah mengarah kearah kami, mungkin kami hanya berani berdiam diri selama 20 detik saja, dan itu pun kami lakukan tanpa melakukan pernafasan udara. Kami tidak berani memasukan udara blerang kawah ke dalam paru-paru kami.

Sedangkan Gatot Kaca mampu berdiam diri di lokasi kawah Chondro Dimuko selama berpuluh-puluh hari. Bahkan dalam cerita di kabarkan bahawa Gatot Kaca tidak hanya di gembleng di sekitar lokasi kawah Chondro Dimuko saja, tetapi masuk ke dalam kawah Chondro Dimuko dengan kondisi kawah yang sangat panas.

Menurut kami, ada beberapa hal yang sedikit meyakinkan kami bahwa lokasi kawah Chondro Dimuko yang ada dalam cerita pewayangan Gatot Kaca berlokasi di pegununga Dieng ini. terutama sitasi kawah Dieng yang memungkinkan adanya korelasi positif dengan penggemblengan kekuatan Gatot Kaca. Selain itu, did perkuat dengan adanya Chandi Arjuna yang berlokasi tidak terlalu jauh dari Kawah Chondro Dimuko Dieng ini.

Penulis adalah

Aktivis pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kenapa

USAHA MANDIRI DI TENGAH GEMPURAN KAPITALIS