KERETA API DAN RAKYAT PROLETAR INDONESIA


KERETA API DAN RAKYAT PROLETAR DI INDONESIA

Oleh: Ahmad Mubarok

Gerbong kereta api, telah lama menjadi tempat bagi warga miskin mengadukan nasib. Teransportasi yang telah beroperasi sejak zaman penjajahan ini, sampai sekarang masih di gunakan sebagai alat teransportasi andalan rakyat. Rakyat Indonesia yang memiliki kelas ekonomi menengah ke bawah dapat menjangkau fasilitas ini, karena harga tiket kereta yang relative murah.

Kereta api, yang sudah terkenal sebagai teransportasi bebas hambatan ini memiliki banyak varian tergantung kepada kelas perekonomian penumpang. Mungkin memang sudah kodrat dari Tuhan, bahwa manusia di ciptakan berbeda-beda. Dalam hal kelas ekonomi pun, manusia memiliki kodrat yang berbeda. Bagi manusia yang di ciptakan dengan kodrat sebagi orang kaya raya dapat merasakan berbagai fasilitas yang nyaman dan lux. Kereta api yang di peruntukkan unutk orang kaya pun di beda-bedakan dengan untuk orang miskin. Kereta api yang sebagian besar di tumpangi oleh orang-orang kaya di beri beberapa kelebihan dari jenis kereta yang lain, diantaranya kereta apai dapat melaju lebih kencang, kursi yang tersedia lebih empuk dan luas, tempat kereta yang relative bersih dan menjaga kehigenisan, di layai dengan pelayanan yang memuaskan, tidak di bisingkan oleh berbagai suara penjual asongan kereta, tidak di bisingkan oleh suara-suara fals para pengamen, dan lain-lain.

Sedangkan kereta api yang sebagian besar di gunakan oleh orang-orang miskin adalah kereta yang harga tiketnya murah. Nama yang digunakan dalam penyebutan kereta api ini adalah kereta ekonomi. Kondisi kereta ekonomi jika di badingkan dengan kondisi kereta bisnis atau eksekutif memiliki perbedaan yang cukup jauh. Diaman jika kereta api bisnis atau eksekutif di isi oleh beberapa gelintir orang saja, maka kereta ekonomi di huni oleh berjubel-jubel penumpang.

Penumpang kereta api kelas ekonomi harus rela bersabar hati untuk saling berdesak-desakan. Berdiri di sela-sela himpitan penunmpang merupakan fenomena yang sudah biasa, bahkan sewaktu-waktu ada berpuluh-puluh penumpang yang harus rela berdiri dari tempat peberangkatan sampai tempat tujuan. Gangguan pedagang asongan, suara cempreng para pengamen jalanan dan rintihan memelas para pengemis merupakan fenomena-fenomena yang lazim di temukan dalam gerbong-gerbong kereta api ekonomi.

Pelayanan kereta api sangat di pengaruhi oleh besarnya uang yang mampu kita keluarkan. Dan tentunya tidak hanya dalam hal perkereta apian saja, namun dalam segala aspek kehidupan ini di pengaruhi oleh perbedaan kelas ekonomi. Keadilan dan penyamarataan hak, merupakan kata kata manis yang bergulir di tengah bebragai kesenjangan hidup.

Namun belum lama ini, PT perkereta apian menaikan harga tiket kereta ekonomi. Penaikan harga ini memiliki dampak yang cukup luas bagi keadaan warga Inddonesia, terutama warga yang memiliki perekonomian menengah ke bawah. Rakyat miskin tidak lagi leluasa menjalankan aktivitasnya bila berhubungan dengan fasilitass kereta api. Kenaikan harga kereta api ini merupakan agenda pengetatan peraturan yang sedang di godog oleh PT kereta api. Pengetatan peraturan ini juga memiliki dampak yang sangat cukup signifikan terhadap para pengasong kereta api, para pengamen jalanan, dan para pengemis gerbong. Orang-orang yang memiliki ketergantungan ekonomi terhadap kereta api seperti ini, semakin dibatasi jalur pendapatan keseharianya.

Penulis adalah

Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MERAPI NAPAK TILAS GATOT KACA DI KAWAH DIENG

kenapa

USAHA MANDIRI DI TENGAH GEMPURAN KAPITALIS