KAPITALISASI KERETA API RAKYAT


KAPITALISASI KERETA API RAKYAT

(kereta api kelas ekonomi kahuripan dan pasundan)

Oleh: Ahmad Mubarok

Yogyakarta, suara lantunan derum kereta api telah terdengar dari luar setasiun lempuyangan. Malam itu tepat pada hari senin malam tanggal 30 Januari 2012 saya merencanakan untuk pulang ke kampong halaman di Ciamis, Jawa Barat. Mendengar suara kereta api yang sedang melaju ke arah barat, perasaan ku cukup was-was juga, karena takut kereta api yang akan saya tumpangi adalah kereta api yang sedang melaju itu. Namun ketika ku tengok jam yang ada di Had Phone ku, baru menunjukan pukul 20.11 WIB, padahal jadwal kereta api yang tercantum di tiket kereta api yang telah saya beli beberapa hari yang lalu, keberangkatan kereta pada pukul 20.23 WIB, jadi seharusnya kereta berangkat sekitar 12 menit lagi. Walau pun saya tau persis bahwa kereta api yang saya naiki berangkat pukul 20.23 WIB, namun perasaan tetap saja was-was karena siapa tau kereta api dating terlalu cepat sehingga harus ada perubahan jadwal.

Setelah menginjakkan kaki di tanah setasiun lempuyangan, saya langsung lari menuju petugas security dan menanyakan jadwal keberangkatan kereta api “kahuripan” yang akan saya tunggangi. Dari keterangan petugas security saya dapat informasi bahwa kereta yang baru saja tinggal landas bukan kereta yang akan saya tumpangi. Dan kereta yang akan saya tumpangi akan dating sekitar 10 menit lagi. Sontak saja perasaan ku menjadi tenang kembali, kemudian segera saja ku serahkan bukti pembelian tiket kereta kepada petugas yag berjaga.

Keamanan kereta api, akhir-akhir ini memang semakin ketat. Pemeriksaan tiket tidak saja di lakukan diatas kereta api, namun juga di lakukan di area setasiun sebelum penumpang emmasuki kawasan peron. Bagi calon penumpang yang telah memiliki tiket kereta cukup menunjukkan bukti pembelian tiket, namun untuk orang yang mau mengantar dan tidak memiliki tanda bukti tiket harus membayar uang masuk peron sebesar RP.1.500,00. Tariff masuk peron di setasiun kereta api, merupaka salah satu langkah PT. kereta api dalam meningkatkan layanan public yang lebih baik. Dari kebijakan ini memang kita dapat merasakan ddampak positifnya, yaitu rassa aman penumpang menjadi semakin terjamin. Kawasan peron hanya diisi oleh calon-calon penumpang saja dan terbebas dari penumpang gelap yang mungkin saja memiliki niat jahat. Namun, selain dampak positif yang dapat di rasakan, penumpang juga tidak dapat diantar oleh saudara atau sanak family sampai peron. Jika sanak family yang mengantar ingin mengantar sampai kereta dating di dalam peron, maka harus bayar sebear RP. 1.500,00. Pemungutan biaya masuk peron ini merupakan bentuk nyata dari pergeseran system masyarakat menjadi system Kapitalis.

Selain itu, sekarang tiket kereta api tidak dapat langsung di beli ketika mau berangkat. Tetapi beberapa hari sebelum pemberangkatan kereta harus sudah beli terlebih dahulu. Kebijakan ini bertujuan untuk membatasi jumlah penumpang yang naik ke dalam kereta karena sebelum kebijakan ini digunakan, kereta api ekonomi kerap kali mengalami over penumpang. Penumpang harus berdesak-desakan dan memperebutkan tempat duduk yang tersedia. Over penumpang di dalam kereta api sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kereta api menguling ketika berada di lintasan yang buruk. Memang pembatasan penumpang seperti ini dapat meningkatkan pelayanan kereta api, namun penumpang harus mencari tiket jauh-jauh hari sebelum hari pemberangkatan. Selain itu biaya tiket kereta api juga mengalami kenaikkan. Awalnya harga tiket kereta jenis ekonomi dari setasiun Lempuyangan sampai setasiun Banjar seharga RP. 24.000,00. Tetapi ketika terjaddi pembatasan penumpang menjadi RP.35.000,00 atau naik RP.11.000,00 dari harga semula. Kenaikan tariff ini jelas menimbulkan keresahan bagi para penumpang yang berkantong tipis dan pas-pasan.

Setelah melewati petugas security, kemudian saya menunggu di peron setasun yang tersedia. Di dalam peron setasiun, saya merasakan suasan yang berbeda dari atmosfir peron kereta terakhir saya naik kereta api. Biasanya peron kereta sangat ramai di di isi oleh calon-calon penumpang kereta api kelas ekonomi, namu sekarang peron hanya di isi oleh beberapa gelintir calon penumpang saja. Di sela-sela menunggu kedatangan kereta api, saya sempatkan untuk mengambil foto dari suasan setasiun Lempuyangan yang cukup lengang ini. beberapa gambar berhasil saya ambil dengan kamera nokia yang saya bawa, namun ada pengumuma dari pengeras suara setasiun bahwa calon penumpang kereta api Kahuripan di mohon untuk bersap-siap karena kereta sudah hamper tiba. Maka kami pun bergegas bergerak ke dekat jalur kereta nomor dua sesuai instruksi pengumuman dari pengeras suara.

Ketika kereta dating, saya sempatkan untuk melirik jam yang ada di Hand Phone, ternyata tepat pukul 20.20 WIB. Kedatangan kereta hamper tepat seperti apa yang tertera di jadwal tiket, dan pemberangkatannya pun tepat pada pukul 20.23 WIB. Kereta api yang sekarang dan yang dulu memang jauh berbeda. Jika dulu kereta selalu dating terlambat entah itu terlambat 10 menit, terlambat 30 menit, atau bahkan terlambat 60 menit, namun sekarang kereta api dating tepat waktu sesuai dengan jadwal yang di tetapkan.

Penumpang kereta api tidak ada lagi yang berdiri seperti dulu. Sekarang semua penumpang sudah harus duduk di nomor tempat duduk yang tertera di dalam tiket. Penumpang kereta sudah tidak di perkenankan masuk sembarang gerbong dan duduk di sembarang tempat duduk. Semuanya sudah di atur dengan rapih, tertib dan disiplin.

Namun di dalam kereta api ekonomi yang saya tumpangi ini, timbul beberapa pertanyaan yang membuat saya bersedih hati. Dengan system kereta api yang seperti ini ddan suasan seperti ini, saya tidak menemukan pengamen jalanan, tukang sapu kereta, maupun para pengemis yang sedang mencari sesuap nasi. Kemana mereka sekarang? Apakah mereka sudah menjadi kaya semua sehingga tidak saya temuka sekarang di sini? Atau mereka di larang naik kereta karena dianggap mengganggu kenyamanan penumpang?

Dengan system kapitalis yang seperti ini, sudah biasa terjadi penggusuran-penggusuran orang miskin. Orang miskin selalu di singkirkan untuk memperlancar system kapitalis yang di gunakan. Bagi orang-orng kapitalis, orang miskin adalah orang yang tidak pernah member kontribusi terhadap kelancaran system. Orang miskin selalu di anggap benalu yang hanya bisa menempel pada perangkat orang lain. Maka ketika saya tidak mendapatkan para pengamen jalanan, para pengemis dan tukang sapu kereta, saya sudah dapat menyimpulakan bahwa mereka di sngkirkan oleh congkaknya system kapitalis yang berlaku.

Penulis adalah

Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MERAPI NAPAK TILAS GATOT KACA DI KAWAH DIENG

kenapa

USAHA MANDIRI DI TENGAH GEMPURAN KAPITALIS