merapi menikmati malam di dieng

“MERAPI” MENIKMATI SUASANA “DIENG”
Oleh: Ahmad Mubarok
UIN-SUKA, sekitar pukul 20.00 WIB beberapa anggota korp merapi sudah menginajakkan kaki di daerah pegunungan Dieng. Dieng berlokasi di Kabupaten Banjar Negara dan berdekatan dengan kabupaten Wonosobo. Lokasi pegunungan Dieng cukup mudah di temukan, karena di setiap jalan yang menuju Dieng pasti ada papan petunjuknya. Papan petunjuk ini sangat memudahkan bagi siapa saja yang belum hafal lokasi Dieng yang ingin berkunjung kesana.
Perjalanan yang kami tempuh cukup aman dan tak ada halangan, karena memang jalan menuju lokasi cukup baik. Jalan yang kami tempuh sebagian besar sudah di aspal dan hanya beberapa lokasi yang jalannya sudah rusak dan berlubang. Selain itu, seperti layaknya jalan-jalan yang ada di daerah pegunungan lainnya, jalan menuju Dieng juga berliku-liku, jadi bagi sapa saja yang ingin berkunjung kesana harus sedikit faham medan yang akan di hadapi.
Suasa pegunungan Dieng sangat dingin, bagi kami yang tinggal di Daerah Yogyakarta cuaca seperti kami anggap sangat ekstrem, apalagi cuaca dingin itu di barengi dengan hujan turun dan angin yang cukup kencang. Keadaan ini membuat kami semua kedinginan, sehingga malam itu kami langsung memarkiran sepeda motor kami di salah satu parkiran yang cukup ramai dengan bangunan. Namun, di parkiran itu suasan sangat gelap dan sunyi, menurut penduduk sekitar yang kami temui disana, memang keadaan sedang mati listrik dan mati listrik ini sudah berlangsung dari pagi hari sejak sekitar pukul tujuh pagi.
Mungkin karena melihat kami sebanyak dua belas orang sedang mencari sedikit kehangatan, maka seorang penduduk setempat menyempatkan diri untuk membakar kayu disekitar kami. Disamping itu, ada sebuah warung yang memang sejak sore sudah tutup masih menyempatkan untuk melayani kami dengan secangkir kopi. Secangkir kopi dan bakaran kayu membuat tubuh kami yang kedinginan sedikit merasa kehangatan.
Pada awalnya, kami ingin menginap di alam bebas dengan alas an kami ingin lebih menyatu dan merasakan keadaan Dieng di malam hari, namun ketika melihat kondis disana yang sangat dingin kami menjadi berfikri ulang, mampukah tubuh kami menghadapi dinginnya puncak Dieng?. Maka setelah beberapa saat kami berdiskusi akhirnya kami mendapatkan kesepakatan untuk mencari penginapan saja. Disana harga penginapan relative murah, berkisar antara 75.000 sampai 150.000. kami mendapatkan penginapan dengan harga 150.000 dengan fasilitas dua buah kamar tidur, sebuah kamar mandi, minum teh manis geratis dan sebuah ruang tengah dengan fasilitas televise. Jika di bagi per individu, maka harga perindividu di kenai biaya sekitar 15.000,00. Harga ini sangat murah jika dibandingkan dengan rasa dingin yang harus kita rasakan ketika tidur di alam bebas.
Dalam perjalanan menuju penginapan, kami di guyur hujan. Walaupun hujan itu tidak lah besar, namun dengan kondisi Dieng yang sangat dingin, hujan itu sangat terasa besar. Menghadapi hujan yang menusuk ke dalam tubuh, kami memacu sepeda motor dengan agak cepat, dengan harapan agar dapat cepat sampai penginapan dan sedikit menghangatkan tubuh dengan fasilitas the manis geratis.
Sesampainya di penginapan, kami langsung memasukan sepeda motor kami ke dalam garasi rumah. Di dalam garasi sudah ada sebuah mobil carry milik sang tuan rumah dan sebuah sepeda motor satria FU milik orang lain yang sedang menginap. Garasi rumah itu berukuran sekitar 4X6 meter yang terletak di sayap barat bangunan penginapan itu. Kami memasukan sepeda motor secara bergantian satu demi satu, hal ini karena lahan yang di sediakan untuk untuk memasukan kendaraan kedalam garasi sangat kecil dan hanya cukup di lewati sebuah sepeda motor saja. Disaat sebagian kami sedang sibuk memasukan sepeda motor kedalam garasi, sahabat-sahabat yang lain terpaksa menunggu di luar dan harus menahan rasa dingin karena angin kencang dan hujan.
Di dalam ruangan penginapan, kami langsung mencoba berbagai macam cara untuk mengurangi rasa dingin, terutama kami harus mengganti pakaian yang telah kami gunakan, sebab pakaian yang di kenakan sudah basah oleh guyuran hujan ketika menuju penginapan tadi. Sebagian sahabat sibuk mencari selimut yang tersedia di kamar penginapan, sebagian lagi sibuk menuangkan air the hanyat yang disediakan oleh tuan rumah. Sebagian sahabat juga ada yang tidak merasa puas dengan the hagat saja, maka sebagian ada yang memesan kopi hitam panas. Selain itu, di penginapan itu kami juga di layani dengan berbagai menu makanan yang harganya cukup murah untuk daerah wisata seperti puncak Dieng ini. untuk seporni nasi goreng plus telur dijual dengan harga 7000,00, sedangkan untuk mie goreng dan mie kuah dijual dengan harga 4000,00, dan kopi hitam di jual dengan harga 2000,00 per gelas.
Suasana penginapan yang kami sewa cukup nyaman, pelayanan daru tua rumah juga cukup ramah, hanya penginapan disana memiliki peraturan yang cukup ketat, yakni yakni berbagai layanan seperti pemesanan makanan dan minuman di batasi sampai jam 22.00, setelah melawti jam 22.00 tidak permintaan pesanan tidak akan dilayani. Jadi, sebelum melewati jam 22.00 kami memesan bebagai macam keperluan yang tersedia disana.
Untuk menikmati malam di pucak Dieng, kami memutuskan untuk bermain kartu poker, namun kartu poker yang kami bawa dari Yogyakarta hanya sebuah saja yang diamainkan oleh empat orang. Dan pada waktu itu sudah tidak ada lagi warung yang masih melayani pembelian alias sudah tutup semua, sehingga dengan terpaksa kami berbain bergantian. Peraturannya, bagi siapa saja yang kalah dalam permainan harus bersedia diganti oleh yang lain. Permainan poker secar bergantia ini, berlangsung samapi sekitar jam 14.00. setelah itu, sebagian besar sahabat berlomba-lomba menempati tempat tidur yag tersedia. Karena kamar yang disediakan hanay dua kamar, maka yang dapat tidur di dalam kamar tidur hanya delapan orang, setiap kamar di tempati oleh empat orang sahabat. Sedangkan empat sahabt yang lain melanjutkan permainan poker sampai jam 3 pagi.
Pada waktu jam dua pagi, terjadi hujan yang cukup besar. Dan salah satu kamar yang kami tempat, atapnya mengalami kebocoran, sehingga kasur yang dipakai untuk tidur agak basah, namun hanay sebagian yang basah. Maka sahabat yang menempati kamar itu langsung di sibukan dengan peminddahan perangkat tidur di ruang tengah.
Kami sangant menikmati malam di puncak Dieng.
Penulis adalah
anggota ekspedisi merapi ke dieng
Komentar
Posting Komentar