merapi berkunjung ke dieng

“MERAPI” BERKUNJUNG KE “DIENG”

Oleh: Ahmad Mubarok

UIN-SUKA, pada hari selasa tanggal 24 februari 2012 beberapa anggota corp merapi dan beberapa sahabat lain mengadakan acara touring bersama ke daerah pegunungan Dieng. Sebanyak 12 orang dengan menggunakan enam buah sepeda motor kami berangkat dari Yogyakarta sekitar pukul 14.30 WIB. Pemberangkatan awal kami bersepakat untuk berkumpul di salah satu kontrakan rumah sahabat kami yang bernama Mukhlasin, namun karena ada beberapa kepentingan yang belum di persiapkan, maka kami berangkat secara bergelombang. Seperti yang di lakukan oleh sahabat Ibnu Fallahi dan sahabat Taufik yang berangkat terlebih dahulu dan singgah sebentar di rumahnya Taufik. Kemudian ada sahabat Tasdik bersama sahabat Mubarok yang berangkat lebih akhir karena harus membawa bendera Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang tertinggal di tempat kost nya. Dan selebihnya, mengikuti gelombang pemberangkatan kedua yang diikuti oleh sebanyak delapan orang sahabat dengan memakai empat kendaraan bermotor. Agar pemberangkatan ke pegunungan Dieng dapat di lakukan bersama-sama, kami membuat kesepakatan untuk berkumpul di dekat perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah. Dan akhirnya pada sekitar pukul 16.00 WIB kami sudah berkumpul semua ddi tempat yang telah menjadi kesepakatan, dan kami pun langsung berangkat bersama-sama menuju kawassan wisata pegunungan Dieng yang berada di wilayah Kabupaten Banjar Negara Jawa Tengah dan berdekatan dengan Kabupaten Wonosobo.

Perjalanan dari Yogyakarta-Dieng berjalan cukup aman dan tenang, namun ada beberapa insiden kesalah pahaman diantara kami ketika kami berada di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Pada awalnya, kami memutuskan untuk mencari masjid untuk melakukan sholat ashar. Setelah beberapa lama kami mencari masjid yang terletak di pinggiran jalan, kahirnya kami menemukan masjid yang cocok untuk kami singgahi, masjid itu bernama Baitul Falah yang terletak di depan MAN Wonosobo dan di sebelah timur kantor Pemberangkatan Haji kabupaten Wonosobo. Namun, ketika sebagian besar dari kami berhenti di masjid itu, sahabat Mukhlasin da sahabat Ferdian yang berangkat berboncengan tertinggal dari rombongan besar dan ternyata mereka berdua tidak mengetahui jika rombongan besar berhenti di masjdi Baitul Falah. Karena ketidak tahuan sahabat Mukhlasin dan sahabat Ferdian ini, akhirnya mereka berdua melaju terus hingga mereka sampai di alun-alun Kabupaten Wonosobo.

Setelah kami mengetahui bahwa sahabat Mukhlasin sudah sampai di alun-alun kabupaen Wonosobo, maka kami pun langsung bergegas setelah kami selseai melakukan sholat ashar. Dalam perjalanan ke alun-alun wonosobo, kami mengalami sedikit gangguan yang berkaita dengan masalah arah. Kami menyangka, sahabat Mukhlasin berbelok ketika menemui lampu merah petama setelah masjid, sehingga kami memutuskan untuk berbelok ketika sampai pada lampu merah pertama setelah masjid. Tetapi setelah beberapa kilometre telah kami lalui, kami mendapat informasi bahwa sahabat Mukhlasn dan sahabat ferdian berjalan lurus dari lampu merah itu. Setelah mendapatka informasi itu, kemudian kami bertanya kepada salah satu warga setempat tentang arah menuju alun-alun kabupaten Wonosobo. Menurut warga yang kami tanya, arah alun-alun Wonosobo ada di depan, kami hanya cukup melaju lurus sejauh dua sampai tiga kilometre, maka kami akan sampai di alun-alun Wonosobo.

Dan ternyata benar, setelah kami belaju sekitar dua sampai tiga kilometre kami sampai di alun-alun Wonosobo. Sesampainya disana, kami bertemu kembali dengan sahabat Mukhlasin dan sahabat Ferdian yang sudah sejak pukul 17.00 WIB ada di lokasi, sedangkan kami bersepuluh sampai di alun-alun Wonosobo sekitar pukul 17.30 WIB. Di alun-alun Wonosobo kami beristirahat melepas lelah dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan keatas puncak Dieng. Selama di alun-alun, kami memeriksa kembali segala perlengkapan dan keperluan, termasuk memeriksa kesiapan sepeda motor, seperti yang dilakukan oleh sahabat Tasdik dan sahabat Ibnu yang mendapai lampu depan motornya mati, dan akhirnya terpaksa harus mencari bengkel terlebih dahulu agar dapat melanjutkan perjalanan. Untuk melanjtukan perjalanan keatas puncak Dieng, kesiapan motor sangat di butuhkan. Hal ini karena medan menuju puncak Dieng sangat berliku, curam, dan sudah tentu malam member kegelapan tanpa cahaya. Disamping itu, sebagian sahabat ada yang sibuk mencari rokok, mencari gorengan sekedar untuk mengganjal perut, sibuk foto-foto, dan sibuk tertawa ria. Kami semua mencoba untuk menikmati pemandangan alun-alun Wonosobo pada sore hari itu.

Setelah merasa cukup beristirahat, akhirnya pada sekitar pukul 18.30 WIB kami melanjutkan perjalanan kearah Puncak Dieng. Dari alun-alun Wonosobo menuju puncak Dieng berjarak kira-kira 35 kelometer. Perjalanan menuju puncak tidak bisa di lakukan dengan cepat karena medan yang di lalui cukup sulit layaknya daerah pegunungan. Sehingga kami memerlukan waktu sekitar 90 menit sampai dua jam untuk mencapai lokasi yang dinginkan. Dan Alhamdulillah, sekitar pukul delapan malam kami sampai di lokasi dengan aman.

Penulis adalah salah satu peserta

Ekspedisi merapi ke dieng

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MERAPI NAPAK TILAS GATOT KACA DI KAWAH DIENG

kenapa

USAHA MANDIRI DI TENGAH GEMPURAN KAPITALIS